Advertisement

Timnas Indonesia: Mees Hilgers Terlalu Bagus untuk Squad Garuda?

Timnas Indonesia Mees

Timnas Indonesia memastikan diri lolos ke babak keempat kualifikasi Piala Dunia setelah meraih kemenangan penting atas Tiongkok melalui gol tunggal yang dicetak oleh Ole Romeny. Kemenangan tersebut memberikan suntikan kepercayaan diri yang signifikan menjelang pertandingan terakhir melawan Jepang di Osaka.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan perbedaan yang mencolok. Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang dengan kekalahan telak 0-6, yang sekaligus menjadi kekalahan terbesar selama fase ini, setelah sebelumnya juga takluk 0-4 di Jakarta.

Dalam pertandingan tersebut, Timnas Indonesia kalah dalam segala aspek. Dari sisi pemilihan pemain hingga penerapan strategi oleh pelatih Patrick Kluivert, semuanya tampak tidak berjalan dengan baik. Kurangnya respons terhadap tekanan dan intensitas permainan lawan memperjelas adanya ketimpangan level permainan antara Indonesia dan Jepang.

Salah satu nama yang kembali menjadi sorotan dalam kekalahan tersebut adalah Mees Hilgers. Bek keturunan Manado ini kerap menerima kritik dari publik dan pengamat sepak bola Indonesia karena dianggap tidak memberikan kontribusi maksimal.

Namun setelah melihat kekalahan telak melawan Jepang, dapat disadari bahwa bukan Mees Hilgers yang tidak cocok dengan skema Timnas Indonesia, namun standar permainan Mees yang belum mampu diimbangi oleh sistem permainan kolektif yang ada. 

Yang paling mencolok dari kekalahan ini adalah para pemain Timnas Indonesia tidak memberikan perlawanan berupa pressing ketika para pemain Jepang menguasai bola, kesalahan fatal ini membuat pemain Jepang leluasa menguasai permainan dan membuat peluang, sedangkan pemain Timnas Indonesia cenderung menunggu tanpa melakukan inisiatif melakukan intersep.

Mees Hilgers berulang kali mencoba mengambil inisiatif melakukan pressing dan memotong aliran bola lawan. Sayangnya, upaya individu semacam ini tidak mendapat dukungan yang cukup dari rekan-rekannya.

Ketika Mees naik untuk melakukan pressing, tidak ada pemain lain yang menutup celah yang ditinggalkannya. Alhasil, ruang tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh pemain Jepang, dan tekanan balik pun tidak bisa dibangun secara efektif. 

Kekalahan telak yang dialami Timnas Indonesia atas Jepang bukan semata-mata disebabkan oleh kualitas individu yang rendah, tetapi lebih kepada lemahnya struktur permainan secara kolektif. Ketimpangan antara upaya individu, seperti yang ditunjukkan oleh Mees Hilgers, dan minimnya respons kolektif dari rekan setim menjadi faktor utama yang memperjelas jarak kualitas antara Timnas Indonesia dan tim-tim papan atas Asia, bahkan dunia.

Timnas Indonesia Mees Hilgers

Mees Hilgers menjadi representasi dari pemain dengan kualitas dan mentalitas sepak bola Eropa yang mengedepankan inisiatif dan kecermatan taktik. Namun, tanpa adanya dukungan sistem yang solid dan pemahaman kolektif yang kuat, usaha tersebut menjadi sia-sia.

Kekalahan ini seharusnya membuka mata berbagai pihak bahwa pembenahan Timnas Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan individu berbakat, tetapi harus melalui perbaikan menyeluruh dalam aspek taktik, komitmen kolektif, dan pembinaan jangka panjang.

Dari kekalahan ini, evaluasi menyeluruh perlu segera dilakukan, baik terhadap strategi pelatih, pemilihan pemain, hingga kesiapan taktis dan mental seluruh skuad.

Mees Hilgers mungkin tampak “terlalu bagus” bukan karena ia berada di level yang salah, tetapi karena sistem di sekitarnya belum mampu menopang kapasitasnya. Jika Indonesia ingin bersaing di level tertinggi, maka bukan Mees yang perlu diturunkan kualitasnya, tetapi keseluruhan ekosistem tim yang harus ditingkatkan.

Baca berita lainnya di: Kudustoto News

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *